08 Agustus 2008

CINTA : EROS, PHILIA DAN AGAPE

Cinta bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Seluruh keberadaan manusia tidak lepas dari cinta. Manusia ada (lahir) karena dan buah dari cinta. Ia menjadi besar dan belajar juga tak lepas dari cinta. Banyak atau sedikit cinta yang dialami oleh seseorang adalah persoalan lain. Yang jelas ialah hidup manusia tidak lepas dari cinta.

Pertanyaan ialah apa itu cinta? Lalu, cinta yang bagaimana yang diharapkan/didambakan oleh manusia?

Dalam bahasa Yunani, ada tiga kata yang digunakan untuk mengungkapkan cinta, yakni: eros, philia dan agape.

Eros
adalah cinta seksual, yang didasarkan pada nafsu/birahi. Di sini, orang lain tidak dipandang sebagai person/subyek melainkan hanya sebagai obyek. Penghargaan terhadap orang lain sebagai pribadi tidak ada. Satu-satunya yang ada ialah nafsu “ego”. Eros merupakan cinta yang terarah kepada orang lain tetapi ditujukan demi kepuasan pribadi orang yang mencintai. Dengan kata lain, cinta ini terarah kepada diri sendiri. Orang lain dilihat bukan karena pribadi melainkan didasarkan pada jenis kelamin semata.

Philia
adalah cinta persahabatan. Di sini, cinta bersifat relasional. Orang lain telah dipandang sebagai pribadi yang mempunyai kekhasan/keunikan dan kualitas tersendiri: cantik, lembut, pengertian, dan seterusnya. Cinta philia tidak dibatasi oleh jenis kelamin tetapi terbuka kepada semua, baik pria maupun wanita.

Agape
merupakan cinta yang tertinggi. Cinta ini tidak lagi tergantung pada bakat, kualitas-kualitas yang ada di dalam pribadi orang lain (cantik, lembut, ramah, pengertian, dsb); tidak memandang orang lain terbatas sebagai “pribadi yang lain” melainkan melihat orang lain sebagai bagian dari diri sendiri. Gabriel Marcel (seorang filsuf Perancis) membahasakannya dengan ungkapan: “Aku” dan “Engkau” menjadi “Kita”. Dalam konteks ini, “Aku” melihat diriku di dalam “dirimu” dan “Aku” menemukan “Engkau” di dalam “diriku”. Di sini, cinta agape merupakan cinta yang sanggup menderita dan berkorban (sebab “engkau” adalah bagian dari “aku” atau ”diriku” dan demikian juga sebaliknya). Ia keluar dari “ego” dan terarah serta terbuka kepada yang dicintai. Cinta agape melampaui jenis kelamin, cantik-jelek, kaya-miskin, pintar-bodoh; dan mengatasi segala tembok-tembok pemisah seperti perbedaan agama, suku, budaya, dsb.

Ketiga jenis cinta di atas ada di dalam diri setiap manusia, kendatipun kadarnya berbeda dalam diri masing-masing orang. Ada orang yang di dalam dirinya lebih menonjol cinta eros daripada philia dan agape. Ada juga orang yang di dalam dirinya lebih menonjol cinta philia atau agape daripada cinta eros.

Tentunya kita tidak mau hanya tinggal pada level eros saja. Manusia memiliki keinginan dan kemampuan untuk meraih sesuatu yang lebih. Usaha untuk melatih diri sangat dibutuhkan untuk sampai pada kedalaman jiwa/hidup. Pemikiran-pemikiran positif tentang orang lain (tidak hanya sekedar cantik, ganteng, jelek, lawan jenis, dll) akan membantu dalam usaha memurnikan eros dan philia sehingga menjadi agape.

Refleksi mendalam tentang nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan pasti sangat membantu untuk melihat orang lain (secara khusus orang yang kita cintai) sebagai bagian dari diri kita sendiri; bukan sebagai obyek pelampiasan nafsu (dalam arti luas). Hal itu akan menjadi kenyataan bila di dalam diri mulai dibangun penghargaan terhadap nilai dan kemurnian diri sendiri; tidak menjadikan diri sendiri sebagai obyek eros (baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri).

Tidak ada komentar: